Selasa, 30 Oktober 2007

Tikus-tikus Korporat

Tikus-tikus (kondisi-kondisi negatif) korporat itu antara lain :
  1. Atasan pilih kasih : Pilih kasih berarti menjadikan seseorang menjadi anak emas tanpa rasionalitas.
  2. Bila salah dikritik Bila benar tak ada pujian : Ini adalah bentuk lain ketidak-adilan, orang yang mengalaminya merasa terluka perasaannya dan sedih hatinya.
  3. Hak-hak dicabut tanpa alasan : Hak-hak karyawan jika ditiadakan tanpa alasan yang kuat terasa sangat menyakitkan. Jika dipaksakan akan menimbulkan perlawanan dan jika tidak sanggup dilawan, akan dibalas dengan hati tawar dan pahit. Padahal difihak lain, orang sebenarnya bersedia menderita bersama asal mereka faham dalam rangka apa mereka menderita. Jadi persoalannya bukan pada penderitaan itu sendiri, tetapi pada why should I suffer ?
  4. Informasi disembunyikan (tidak transparan) : Kenyataan seperti ini berarti ada fihak yang tidak dipercayai. Dan jika orang merasa tidak dipercayai, timbulah dugaan logis bahwa ada kejahatan yang sedang berlangsung diam-diam. Juga perasaan bahwa dirinya disepelekan, perasaan ini membuat orang kehilangan semangat dan antusiasme.
  5. Keahlian tidak digunakan : Secara umum orang merasa senang jika dirinya berguna. Jadi jika orang merasa keahliannya tidak dimanfaatkan oleh organisasi, dia merasa dirinya kurang dihargai, dianggap tidak berguna.
  6. Kemampuan tidak dikembangkan : ibarat mesin, orang merasa dirinya dipakai terus sampai soak tanpa servis atau tune-up. Karyawan merasa dirinya diexploitasi tanpa apresiasi dan pengembangan. Mereka merasa „habis manis sepah bakal dibuang“. Maka biasanya orang begini sangat pelit pada perusahaan. Pokoknya bekerja dari jam 8 hingga 5 sore, habis perkara. Sumbangan pikiran dan lain-lain, maaf, tidak bersedia digratisin.
  7. Ketidak jelasan : Tiadanya visi dan misi organisasi yang genuine dan powerful, membuat organisasi tidak punya arah yang jelas. Ketidak jelasan ini membuat hilangnya sense of excitement dan sense of purpose. Akibat lainnya, orang bekerja seadanya, secukupnya, atau alakadarnya saja.
  8. Kiri kanan atas bawah munafik semua : Munafik adalah untrue to oneself. Padahal organisasi adalah „kita sebagai kesatuan“. Jadi jika ada kemunafikan sebenarnya kita sedang saling membohongi. Dan kita tahu bahwa kita saling membohongi. Maka tidak akan tercipta teamwork apalagi sinergi. Dalam iklim kemunafikan, jika tidak terpengaruh dan larut, orang akan melakukan dekomitmen terhadap organisasi.
  9. Masa depan karir tidak jelas : Banyak karyawan merasa bahwa masa depan mereka tidak jelas. Perusahaan mau kemanapun tidak jelas, Jadi no hope for the future.
  10. 10. Pekerjaan yang monoton : Banyak karyawan merasa pekerjaannya monoton dari hari ke hari. Malah ada orang merasa sudah terkotakkan. Dalam kondisi demikian orang hanya akan bekerja sebagai upaya bertahan saja sekedar demi gaji bulanan dan status non pengangguran.
  11. Penyakit KKN : Praktik KKN yang telah menjadi rahasia umum dalam organisasi membuat warga tidak termotivasi untuk bekerja melampaui mediokritas, terutama jika mereka tidak termasuk dalam grup yang diuntungkan KKN tersebut.
  12. Penyakit sikut menyikut : Jika dalam organisasi yang berlaku adalah nilai-nilai rimba, maka orang yang tidak berbakat atau tidak bersedia menjadi ular dan serigala segera akan keluar. Jika bertahan maka ia akan terpinggirkan atau menjadi pecundang. Jelas cita-cita menjadi world class company hanya sebuah slogan kosong.
  13. Peraturan yang irasional : Peraturan selalu dibuat oleh para pimpinan. Namun seringkali peraturan dibuat sebagai reaksi atas sebuah kasus khusus. Akibatnya peraturan ini terasa irasional dalam situasi yang berbeda dengan kasus pemicunya. Lanjutannya orang jadi marah, kesal dan malas.
  14. Perubahan tanpa tujuan yang jelas : Adagium tak ada yang konstan kecuali perubahan itu sendiri disalah mengertikan menjadi perubahan demi perubahan. Padahal ditengah perubahan orang butuh kepastian arah, kepastian nilai-nilai, dan kepastian makna. Tanpa itu maka segala sesuatu menjadi chaos, absurd, dan meaningless.
  15. Pimpinan tidak jujur : Bawahan yang tahu bahwa pimpinannya tidak jujur sebenarnya menghilangkan trust level dalam tata hubungan mereka. Padahal dimana tidak ada rasa saling percaya, tidak mungkin ada komitmen. Dan tanpa komitmen besar tidak ada prestasi besar bisa dicapai.
  16. Rapat-rapat tidak ada tindak lanjutnya : Dalam rapat-rapat para eksekutif suka cerita besar, ngomong angin surga, mau bikin ini mau bikin itu. Habis rapat things as usual. Lama-lama orang jadi sinis. Datang ke rapat pun malas. Ngapain ? Buang waktu ! Apalagi rapatnya tanpa honor dan konsumsi. Males ah!
  17. Saya harus disiplin tapi atasan tidak : Secara moral atasan adalah teladan. Artinya hanya jika orang sudah melakukan apa yang diperintahkannya maka ia qualified memerintah. Atasan yang meminta bawahan berdisiplin tanpa ia sendiri berdisiplin akan menjadi bahan tertawaan. Secara moral dia tidak berhak meminta apapun yang tidak dia lakukan lebih dahulu.
  18. Sedikit-sedikit kena marah : Orang yang dimarahi tanpa alasan yang masuk akal, apalagi marah cuma sebagai kegemaran atasan, merusak harga diri dan citra diri bawahan. Ketersinggungan yang diakibatkannya dapat berubah menjadi dendam, kebencian, dan keinginan untuk merusak. Jadi boro-boro excellence.
  19. Sistem tidak adil : Ketidak adilan dalam segala bentuk, entah sistem penggajian atau pemanfaatan fasilitas, pasti mengundang respons negatif. Jika ketidak adilan tidak bisa dilawan secara frontal, maka orang melawannya diam-diam dalam berbagai bentuk seperti mangkir dengan alasan dibuat-buat, kinerja asal jadi, perlawanan simbolik dan lain-lain.
  20. Usul tidak diperhatikan : Usul-usul yang tidak diperhatikan menimbulkan kekecewaan. Lama-lama orang merasa tidak ada gunanya mengajukan usul. Padahal jika no participation, pasti no sense of ownership, demikian pula no commitment.

Source : Jansen Sinamo (Pembelajar.com)

Tidak ada komentar: