Selasa, 30 Oktober 2007

Kesempatan Orang Pinggiran

KULIT di wajahnya terlihat kemerah-merahan dan keringat penuh bercucuran. Namun sengatan matahari yang dirasakan setiap hari, tak mengurangi niatnya menjadi salah satu anggota Paskibraka Kab. Purwakarta. Tekadnya terus membara untuk dicatat menjadi salah satu pengibar bendera di hari kemerdekaan.

Kendati terpilih menjadi pasukan 8, atau pasukan inti dalam Paskibraka Kab. Purwakarta, Sri, merasa belum tenang. Jauh lebih penting yang menjadi konsentrasinya adalah harus sukses mengibarkan sang merah putih dan menurunkannya, pada saat perayaan detik-detik Proklamasi Kemerdekaan, 17 Agustus 2007, di Alun-Alun Kiansantang.

Gadis bungsu dari empat bersaudara ini, bernama lengkap, Sri Maharani, lahir di Jakarta, 7 Nopember 1990, dan sudah hampir sebulan bergabung dengan Paskibraka Kab. Purwakarta. Putri buah perkawinan almarhum, H. Sriparman Kabul dan Nani Nuryani, tercatat sebagai siswa SMA 2 di Kecamatan Darangdan. Dirinya merasa bangga masuk di pasukan 8 Paskibraka Kab. Purwakarta, dan ini di luar dugaan karena dari jumlah anggota kaumnya, tercatat ada 12 orang yang menjadi anggota Paskibraka.

Sri, yang pada acara upacara detik-detik memperingati hari kemerdekaan ke-62, akan dilaksanakan di Alun-alun Kiansantang, dipersiapkan untuk membawa baki di acara menaikkan bendera, dan sebagai cadangan membawa baki pada acara penurunan bendera di sore harinya. Diberi tugas yang sangat berat, bagi Sri, merupakan tantangan. Maka, ia pun serius berlatih, agar mampu menyelesaikan tugas dengan baik di hari yang sangat bersejarah itu.

”Saya merasa bangga terpilih menjadi anggota 8 dalam Paskibraka Kab. Purwakarta, Saya tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan para instruktur. Saya akan berlatih tekun dan konsentarsi pada setiap aba-aba atau perintah instruktur,” tegasnya.

Dia menuturkan, banyak manfaat yang didapat setelah bergabung dengan paskibraka, terutama yang tak akan terlupakan adalah sikap mandiri yang terbentuk setelah ada di penampungan.

Dirinya tidak menampik, bila punya sifat manja di rumahnya kepada orang tua yang hanya tinggal ibu sendirian dan menjadi bungsu dari empat bersaudara. Namun, setelah bergabung dengan paskibraka, dengan sendirinya sifat manja itu hilang karena segala sesuatunya harus ditentukan sendiri.

Selain itu yang dirasakan pula adalah soal disiplin. Disiplin yang ditegakkan sangat luas, mulai soal waktu yang harus tepat dalam segala hal kerapian, dan ketaatan.Begitu juga soal mental, keberanian, konsentrasi serta yang tak kalah penting berani meninggalkan berbagai kesenangannya atau hobi. ”Beratlah pokoknya. Untuk menghasilkan yang terbaik memang butuh pengorbanan,” kata dia.

”Saya mengucapkan terima kasih kepada para instruktur yang telah mempercayai masuk pasukan 8. Kepercayaan ini akan diperlihatkan dengan latihan yang serius penuh disiplin,” tegasnya. Dia tidak merasa hebat karena terpilih di pasukan 8, meskipun bangga karena sebagai orang daerah dapat bersaing dengan mereka yang berada di kota. Katanya, ini hanya menunjukkan bahwa mereka yang dari pinggiran pun punya potensi, asal ada kesempatan.

( Source : PR Bandung by Sri Maharani )

Tidak ada komentar: